Di tengah hiruk pikuk pertanian di Kabupaten Sumbawa Barat, inovasi seorang alumni Sekolah Pascasarjana Universitas Teknologi Sumbawa mulai menarik perhatian para peternak. Temui Jamilatun, dalang di balik terobosan aplikasi SITANDUK (Sistem Informasi Niaga Peternakan dan Hasil Peternakan), sebuah solusi digital yang siap mengubah cara peternak mendaftarkan dan mengelola ternaknya.
Lahirnya SITANDUK bermula dari pengamatan kritis Jamilatun: tantangan berat yang dihadapi para peternak dalam menavigasi labirin registrasi ternak. Menyadari pentingnya peran registrasi dalam pengelolaan populasi, identifikasi pemilik, dan pengendalian penyakit, Jamilatun berupaya menyederhanakan proses yang rumit ini.
“SITANDUK bukan sekedar aplikasi, tapi merupakan penyelamat bagi para peternak,” kata Jamilatun penuh semangat. Aplikasi ini, dibuat dengan cermat untuk memenuhi kebutuhan peternak, mewujudkan efisiensi, akurasi, dan transparansi. Hanya dengan beberapa ketukan di smart phone, para peternak kini dapat dengan mudah mendaftarkan ternaknya, sehingga menghilangkan hambatan birokrasi yang ada.
Aplikasi SITANDUK menawarkan antarmuka yang ramah pengguna kepada para peternak sehingga mereka dapat mendaftarkan ternaknya dengan mudah. Lewatlah sudah hari-hari mengurus dokumen yang rumit dan antrean panjang di kantor administrasi. Dengan SITANDUK, peternak dapat menyelesaikan proses pendaftaran dalam hitungan menit, sehingga memberikan waktu berharga untuk fokus pada kesejahteraan hewannya.
Salah satu fitur utama SITANDUK adalah kemampuannya dalam melakukan sentralisasi dan digitalisasi data peternakan. Hal ini tidak hanya memfasilitasi praktik pengelolaan yang lebih baik tetapi juga memungkinkan pihak berwenang memantau populasi hewan, melacak wabah penyakit, dan memastikan kepatuhan terhadap standar peraturan. “Kami ingin menciptakan sistem komprehensif yang menguntungkan peternak dan badan pengawas,” jelas Jamilatun. “Dengan digitalisasi data, kita dapat meningkatkan ketertelusuran dan akuntabilitas di sektor peternakan.”
Namun, perjalanan menuju inovasi bukannya tanpa tantangan. Jamilatun dan timnya menghadapi kendala teknis, kendala pendanaan, dan penolakan terhadap perubahan dari kelompok tradisionalis. “Menghentikan kebiasaan lama dan memanfaatkan teknologi merupakan proses bertahap,” Jamilatun mengakui. “Tetapi melihat dampak positif SITANDUK terhadap kehidupan para peternak membuat semua upaya ini bermanfaat.”
Selain menyederhanakan pendaftaran, Jamilatun juga membayangkan SITANDUK sebagai katalis untuk transformasi yang lebih luas di industri peternakan. Dia berencana untuk memperkenalkan fitur tambahan seperti wawasan pasar, pembaruan cuaca, dan layanan kedokteran hewan untuk menciptakan ekosistem holistik bagi para peternak. “Tujuan kami adalah memberdayakan peternak dengan pengetahuan dan sumber daya yang meningkatkan penghidupan mereka,” tegas Jamilatun.
Selain itu, Jamilatun menyadari pentingnya program sosialisasi dan pelatihan untuk memastikan para peternak memaksimalkan manfaat SITANDUK. Berkolaborasi dengan organisasi lokal, ia mengadakan lokakarya dan sesi edukasi untuk mempromosikan literasi digital dan praktik terbaik dalam pengelolaan peternakan. “Teknologi hanya akan kuat jika dipadukan dengan pengetahuan dan pemahaman,” kata Jamilatun. “Kami ingin para peternak merasa percaya diri dan mampu memanfaatkan SITANDUK secara maksimal.”
SITANDUK Jamilatun berdiri sebagai bukti kekuatan inovasi dalam merevolusi industri tradisional. Peternak di seluruh wilayah menyambut transformasi digital ini, menyambut masa depan di mana teknologi memberdayakan serta mendidik. Dengan setiap pendaftaran yang dilakukan dengan mudah, masa depan yang lebih cerah muncul bagi para peternak, diberdayakan oleh teknologi dan didorong oleh semangat kemajuan yang tiada henti. (mpm)