Dalam sebuah penelitian inovatif, Nourelhuda S. B. Elmanaya, alumni internasional dari Sekolah Pascasarjana (SPS) UTS, telah melakukan penelitian terkait krisis air yang melanda kamp-kamp pengungsi Suriah di Lebanon. Studi komprehensifnya, yang dilakukan dengan latar belakang meningkatnya kelangkaan air di Timur Tengah, menggarisbawahi pentingnya mengatasi masalah mendesak ini.
Studi ini menjelaskan sifat krisis air yang beragam di Lebanon, dan mengaitkan krisis air tersebut dengan beberapa faktor yang saling berkaitan. Temuan Nourelhuda menjelaskan dampak besar dari pertumbuhan populasi yang cepat, yang dipicu oleh masuknya pengungsi Suriah yang melarikan diri dari konflik di tanah air mereka. Masuknya air ini telah membebani sumber daya air yang sudah terbatas, sehingga meningkatkan permintaan akan pasokan air di seluruh negeri.
Perjalanan Nourelhuda dimulai dengan keinginan kuat untuk memahami dinamika pertumbuhan penduduk, perubahan iklim, dan kesalahan pengelolaan pemerintah yang memperburuk krisis air di Lebanon. Penelitiannya yang ekstensif memberikan gambaran yang jelas mengenai tantangan yang dihadapi negara tersebut, seperti yang ia refleksikan, “Penyebab utama krisis air di Lebanon adalah pertumbuhan populasi yang tiba-tiba, permintaan air yang berlebihan untuk irigasi, perubahan iklim, dan kesalahan pengelolaan sumber daya air oleh pemerintah Lebanon.”
Inti dari penelitian Magister Manajemen Inovasi tersebut adalah pengakuan atas dampak besar krisis pengungsi Suriah terhadap infrastruktur air Lebanon yang rapuh. Ia menggarisbawahi perlunya intervensi internasional, dengan menyatakan, “Ada peluang bagi komunitas internasional untuk melakukan intervensi dan meningkatkan efisiensi pasokan dan jaringan air, sehingga mengurangi tekanan yang ditimbulkan.”
Dalam penelitiannya yang mendalam, ia menggali hubungan penting antara krisis pengungsi dan kekurangan air, serta menekankan perlunya strategi pengelolaan yang komprehensif. Ia mendesak, “Pengaruh pengungsi dan konflik tidak langsung mereka terhadap kekurangan air sangatlah signifikan dan tidak boleh diabaikan.”
Berdasarkan temuan penelitian tersebut, alumini SPS tersebut juga mengusulkan langkah-langkah konkrit bagi pemerintah Lebanon untuk meningkatkan tata kelola air. Hal ini termasuk memperkuat infrastruktur air, membatasi pasokan air ilegal, dan menerapkan mekanisme pemantauan dan evaluasi yang kuat.
Ketika dunia bergulat dengan dampak perubahan iklim dan perpindahan massal, karya Nourelhuda menjadi pengingat yang tajam akan perlunya tindakan yang mendesak. Krisis air yang terjadi di Lebanon berdampak jauh melampaui batas negaranya, sehingga menuntut perhatian dari para pemimpin global dan warga negara. Dalam menghadapi kesulitan, Nourelhuda tetap teguh pada keyakinannya bahwa perubahan adalah sesuatu yang mungkin dan bisa saja terjadi. (mpm)