Sumbawa – Panti Sosial Bina Laras Muthmainnah yang berada di bawah Dinas Sosial Provinsi Nusa Tenggara Barat mempelopori pendekatan inovatif untuk merehabilitasi eks psikotik. Digagas oleh Edy Supratman, alumni Sekolah Pascasarjana UTS, inisiatif ini memperkenalkan “Social Skill Training” sebagai alat transformatif bagi mereka yang melakukan transisi kembali ke masyarakat pasca tantangan kesehatan mental.
Eks Psikotik sendiri merupakan orang yang pernah mengalami gangguan jiwa dan dinyatakan sembuh dari Rumah Sakit Jiwa, namun mereka belum memiliki kemampuan dalam melakukan keberfungsian sosialnya secara wajar. Individu yang telah mengatasi gangguan jiwa namun menghadapi tantangan dalam integrasi sosial, mendapatkan penghiburan dan dukungan di Panti Sosial Bina Laras Muthmainnah. Fokusnya bukan hanya pada pemenuhan kebutuhan dasar namun juga pada pembinaan individu-individu tersebut untuk mendapatkan kembali dan meningkatkan fungsi sosial mereka.
Landasan inovasi ini adalah proses pelayanan cermat yang dirancang untuk memelihara dan membangun kembali fungsi sosial. Melalui sesi terstruktur yang membahas keterampilan penting seperti komunikasi efektif, mendengarkan secara aktif, dan menafsirkan isyarat sosial.
Hasil penelitian Edy sangat mendalam. Penilaian awal menunjukkan terbatasnya keterlibatan subjek penelitian dalam aspek sosial ini. Namun, tahap intervensi yang ditandai dengan pelatihan keterampilan sosial terstruktur menunjukkan perbaikan yang signifikan. Frekuensi dan pemahaman perilaku sosial mengalami peningkatan yang nyata, menunjukkan perubahan positif dalam keterampilan interaksi di antara eks psikotik.
Edy menjelaskan bahwa keluarga memainkan peran penting sebagai lingkungan inti tempat eks psikotik tinggal, belajar, dan tumbuh. Ambil contoh, kisah Maria, seorang warga yang terinspirasi oleh komunikasi empati dan pendengaran aktif orangtuanya, mengadopsi perilaku serupa selama sesi pelatihan keterampilan sosial. Contoh nyata ini menggarisbawahi pentingnya pengaruh keluarga dalam membentuk kemampuan interaksi positif.
Selain itu, dampak nyata dari transformasi ini juga dirasakan oleh masyarakat setempat. Ketika warga mewujudkan sosok teladan interaksi yang efektif, maka masyarakat pun membalasnya dengan sikap dan perilaku yang positif. Lingkungan inklusif ini tidak hanya menumbuhkan penerimaan tetapi juga memberikan ruang pengasuhan bagi eks psikotik untuk berkembang dan menunjukkan keterampilan baru mereka selaras dengan lingkungan yang mereka amati dan contohkan.
“Kami tidak hanya membangun kembali kehidupan; kami juga membentuk kembali masa depan,” kata Edy, merefleksikan dampak besar dari inisiatif ini. Kisah sukses yang muncul dari Panti Sosial Bina Laras Muthmainnah mencerminkan sentimen ini, dimana warga mendapatkan kepercayaan diri, menjalin hubungan yang bermakna, dan mendapatkan kembali tempat yang selayaknya mereka dalam masyarakat.
Di luar statistik dan data, ini adalah kisah tentang ketahanan, kasih sayang, dan dedikasi yang tak tergoyahkan terhadap potensi manusia. Rumah Sosial Bina Laras Muthmainnah berdiri sebagai bukti apa yang mungkin terjadi ketika inovasi bertemu dengan empati. (mpm)