Inovasi Bahasa Isyarat Satera Jontal dalam Pengenalan Aksara Daerah Sumbawa

  1. Home
  2. /
  3. News
  4. /
  5. Sekolah Pascasarjana
  6. /
  7. Inovasi Bahasa Isyarat Satera Jontal dalam Pengenalan Aksara Daerah Sumbawa

Sumbawa – Bahasa Isyarat Satera Jontal merupakan salah satu inovasi penting dalam pengenalan aksara daerah di Kabupaten Sumbawa. Dalam konteks pendidikan, khususnya di Sekolah Luar Biasa (SLB) Negeri 2 Sumbawa, penggunaan bahasa isyarat ini menjadi sangat relevan untuk membantu siswa-siswa dengan kebutuhan khusus dalam memahami dan mengenal aksara daerah.

Kabupaten Sumbawa, yang terletak di Nusa Tenggara Barat, memiliki kekayaan budaya yang sangat beragam, termasuk dalam hal bahasa dan aksara. Namun, tantangan muncul ketika siswa dengan disabilitas pendengaran mengalami kesulitan dalam mengakses informasi dan pendidikan yang berkaitan dengan aksara daerah. Oleh karena itu, pengembangan Bahasa Isyarat Satera Jontal menjadi sebuah langkah inovatif untuk menjembatani kesenjangan ini.

Di wilayah Sumbawa, upaya pendidikan transformatif mulai marak, salah satunya dipelopori oleh alumni program studi Manajemen Inovasi, Sekolah Pascasarjana di Universitas Teknologi Sumbawa. Dirga Al Ashar Hadi Susamto Waluyo, S.Pd., Gr., M.M.Inov mengabdikan penelitiannya pada segmen masyarakat yang sering diabaikan: pelajar tunarungu. Karya inovatifnya berfokus pada pengenalan literasi melalui Bahasa Isyarat Satera Jontal di SLB Negeri 2 Sumbawa.

Bahasa Isyarat Satera Jontal adalah bentuk komunikasi yang dirancang khusus untuk memudahkan siswa tunarungu dalam memahami aksara daerah. Inovasi ini tidak hanya sekadar menerjemahkan kata-kata ke dalam bentuk isyarat, tetapi juga mencakup pengenalan konteks budaya dan makna yang terkandung dalam aksara tersebut. Dengan menggunakan Satera Jontal, siswa dapat lebih mudah mengaitkan simbol-simbol aksara dengan arti dan penggunaannya dalam kehidupan sehari-hari.

Aksara daerah di Sumbawa memiliki ciri khas tersendiri, yang mencerminkan budaya dan tradisi masyarakat setempat. Pengenalan aksara ini kepada siswa tunarungu melalui Bahasa Isyarat Satera Jontal sangat penting, karena memungkinkan mereka untuk memahami dan menghargai warisan budaya daerah. Selain itu, penguasaan aksara ini juga membuka peluang bagi siswa untuk berkomunikasi lebih efektif dengan lingkungan sekitar mereka.

Di SLB Negeri 2 Sumbawa, implementasi Bahasa Isyarat Satera Jontal dilakukan melalui berbagai metode pengajaran yang interaktif dan menarik. Pengajaran ini melibatkan penggunaan alat bantu visual, permainan edukatif, serta kegiatan kelompok yang mendorong siswa untuk berkolaborasi. Para pengajar dilatih untuk menggunakan bahasa isyarat secara efektif, sehingga siswa dapat belajar dengan cara yang menyenangkan dan tidak membosankan. “Tahap awal sangat menantang,” kenang Dirga. “Tetapi melihat para siswa secara bertahap mengenali dan memahami naskah Satera Jontal sungguh sangat bermanfaat.”

Inovasi Bahasa Isyarat Satera Jontal memberikan dampak positif yang signifikan terhadap pendidikan di SLB Negeri 2 Sumbawa. Siswa tunarungu yang sebelumnya mengalami kesulitan dalam memahami aksara daerah kini dapat belajar dengan lebih mandiri dan percaya diri. Selain itu, mereka juga dapat berpartisipasi aktif dalam kegiatan kelas dan berinteraksi dengan teman-teman mereka.

Meskipun inovasi ini memiliki banyak manfaat, terdapat beberapa tantangan yang harus dihadapi, seperti kurangnya pemahaman masyarakat tentang pentingnya bahasa isyarat dan keterbatasan sumber daya pengajar. Untuk mengatasi hal ini, perlu dilakukan sosialisasi kepada masyarakat tentang pentingnya inklusi pendidikan bagi siswa dengan kebutuhan khusus. Selain itu, pelatihan bagi pengajar juga harus ditingkatkan agar mereka dapat menguasai Bahasa Isyarat Satera Jontal dengan baik. Inovasi Bahasa Isyarat Satera Jontal dalam pengenalan aksara daerah Sumbawa di SLB Negeri 2 Sumbawa merupakan langkah maju dalam menciptakan pendidikan yang inklusif dan berkelanjutan. Melalui penggunaan bahasa isyarat yang efektif, siswa tunarungu dapat mengakses pengetahuan dan budaya daerah dengan lebih baik. Diharapkan, upaya ini dapat terus dikembangkan dan diimplementasikan di berbagai lembaga pendidikan lainnya di Kabupaten Sumbawa, sehingga semua anak, tanpa terkecuali, memiliki kesempatan yang sama untuk belajar dan berkembang. (mpm)