ASI Ekslusif Sebagai Faktor Protektor Pada Risiko Stunting

  1. Home
  2. /
  3. News
  4. /
  5. Student
  6. /
  7. ASI Ekslusif Sebagai Faktor Protektor Pada Risiko Stunting

Sumbawa – Pemberian Air Susu Ibu (ASI) secara eksklusif selama enam bulan kepada bayi baru lahir memiliki efek yang sangat signifikan, terutama untuk mencegah bayi gagal tumbuh alias stunting. Hingga saat ini stunting masih menjadi salah satu permasalahan gizi utama pada anak di Indonesia. Nutrisi yang masuk ke dalam tubuh bayi sejak lahir berpengaruh pada tumbuh kembang anak, termasuk resiko stunting.  Informasi dari hasil Survei Status Gizi Indonesia (SSGI) yang dilakukan oleh kementrian kesehatan tahun 2021 menyatakan bahwa prevalensi balita yang mengalami stunting sebesar 24,4%. Artinya 3 dari 10 balita mengalami kondisi stunting.

Diana Sumartini, alumni Sekolah Pascasarjana Universitas Teknologi Sumbawa, menyoroti korelasi krusial antara pemberian ASI eksklusif dengan kejadian stunting pada balita usia 0-59 bulan. Ia menjelaskan bahwa stunting merupakan dampak dari kurang gizi kronis atau berulang di dalam rahim dan usia dini. Hal ini dapat menghambat perkembangan fisik anak, pertumbuhan motorik dan mental, kapasitas kognitif, dan menyebabkan masalah berkepanjangan seperti penyakit degenerative. Anak yang menderita stunting kemungkinan besar tidak mencapai tinggi badan seharusnya dan tidak mencapai potensi kognitif penuh. Saat dewasa, anak dengan stunting mungkin akan mengalami permasalahan penghasilan rendah akibat tidak sekolah dan mengalami kesulitan ketika sekolah, dan juga mereka beresiko mengalami kelebihan berat badan dan obesitas dibandingkan dengan anak dengan tinggi badan normal.

Diana menekankan manfaat menyusui yang beragam, dengan menyatakan, “Pemberian ASI ekslusif mempercepat pertumbuhan, memperkuat tubuh bayi, dan meningkatkan sistem kekebalan tubuh, sehingga mengurangi kerentanan terhadap penyakit.”

Dalam temuan penelitiannya, Diana menjelaskan hubungan antara pemberian ASI eksklusif dan stunting, dengan menekankan bahwa ASI menyediakan nutrisi penting yang disesuaikan untuk memenuhi kebutuhan bayi, memfasilitasi pertumbuhan dan perkembangan yang optimal. Ia memperingatkan dampak dari asupan nutrisi yang tidak memadai, dengan menyatakan, “Bayi yang kekurangan ASI berisiko mengalami kekurangan nutrisi, sehingga berkontribusi terhadap stunting.”

Oleh karena itu Diana menaruh perhatian penuh kepada seluruh bidan agar dapat memberikan pelayanan yang sesuai standar agar memberikan kontribusi yang maksimal terhadap penurunan angka kematian pada bayi-balita termasuk penurunan angka stunting. Ia juga menggarisbawahi pentingnya peran petugas kesehatan masyarakat, khususnya kader Posyandu, dalam menyebarkan informasi dan memberikan dukungan kepada para ibu. Selain itu, Diana menekankan perlunya upaya pendidikan baik langsung maupun tidak langsung, serta mendesak peningkatan publikasi melalui berbagai media, termasuk media cetak dan elektronik. (mpm)